Guru-guru asing sudah mengajar di sekolah Indonesia

Pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) peran perguruan tinggi ada pada penguatan daya saing terutama sumber daya manusianya. Faktanya cukup mencengangkan kita, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, termasuk Yogyakarta ada sekolah yang guru-gurunya berasal dari negara lain. Itu ke depan akan mendesak kalau kita tidak siap. Sehingga kita berusaha untuk menghasilkan lulusan dengan daya saing global.
Secara nasional tenaga kerja kita masih dikuasai oleh pendidikan dasar yaitu 44%, pendidikan menengah 17% sedangkan yang perguruan tinggi sekitar 11%. Sedangkan di Malaysia yang pendidikan tinggi sudah 22%, pendidikan menengah 44%, dan pendidikan dasar 32%.
Demikian disampaikan Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., pada acara penyampaian program kerja dan pengembangan UNY di FMIPA, Selasa sore, 4/4/17. Acara dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan, dosen, pegawai tendik, dan mahasiswa.
Lebih lanjut dikatakan, FMIPA adalah pusatnya inovasi, jadi hak paten (HAKI) bisa direalisasikan lewat FMIPA.  Hal tersebut karena FMIPA  sangat potensial untuk itu. Menghasilkan banyak temuan dan inovasi yang bisa dipatenkan.
Posisi kita di 2014/2015 ada 32 hak paten dan hak cipta dan sekarang sudah mendekati 50 an. Semoga FMIPA  bisa lebih banyak lagi yang mendapatkan hak paten. Untuk buku-buku dan temuan di laboratorium bisa segera dipatenkan. Dipemeringkatan kementerian, hak paten dan hak cipta termasuk yang dihitung untuk meranking perguruan tinggi secara nasional.  
Untuk Green Campus, lanjut Rektor, fungsi dari laboratorium pengelolaan kompos perlu ditingkatkan lagi. Tidak boleh ada endapan di pengelolaan kompos. Hasilnyapun ditingkatkan sehingga lebih berdaya guna. Kalau perlu bisa ditambah volume mobil angkutan sampahnya. (witono)