Beda, Makna Puasa Ramadan dan Puasa Untuk Periksa Kesehatan

Dalam menjalankan puasa Ramadan lalu, apakah kita termasuk yang lulus atau belum lulus
Bagi yang belum lulus, maka orang itu hanya memperoleh lapar dan dahaga saja
Demikian ditegaskan oleh Drs. H. Fathul Hilal pada acara Syawalan Keluarga Besar FMIPA UNY, Minggu, 18/8, di halaman Dekanat FMIPA UNY. Hadir pada kesempatan tersebut Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Mantan Rektor Prof. Dr. Djohar, MS,. Prof. Dr. Wuryadi, MS, WD III FIK Suhadi, M.Pd., pejabat fakultas, dosen, karyawan, mahasiswa, dan para pensiunan.
Lebih lanjut dikatakan, puasa sebelum diambil darahnya dalam menjalani pemeriksaan kesehatan dengan puasa di bulan Ramadan jelas berbeda maknanya, walaupun keduanya sama-sama puasa. Ini sangat mempengaruhi kelulusan seseorang. Karena yang diperintahkan Allah adalah puasa siyam. Perintah puasa siyam tapi kalau dikerjakan dengan saum akhirnya belum lulus. Puasa saum yaitu puasa dari sesuatu. Sedangkan siyam yaitu puasa dari segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
“Tanda kelulusan Ramadan yaitu dia memiliki kualitas sholat yang terjaga. Semestinya sholat harus khusyu’, tapi kadang-kadang kita sholatnya tidak khusyu’. Petunjuk nabi supaya khusyu yaitu aku merasa senang ketika sholat, jadikan sholatmu sebagai sholat pamitan, dan bahwa sesungguhnya sholat adalah mi’rajnya kaum muslimin,” paparnya.
Kata Dia, indikator orang yang lulus menjalani  ramadan adalah meningkatnya kepedulian terhadap Al-Qur’an yang telah diturunkan di bulan ramadan. Tanda peduli AlQuran, Rasulullah membagi dalam 5 golongan, yaitu 4 orang yang beruntung, dan 1 orang celaka. Yang pertama jadilah orang yang mengajar Al-Quran, 2) jadilah orang yang  mau mempelajari Al_Quran, 3) jadilah orang yang mau mendengarkan Al-Quran ketika Al-Quran dibicarakan, 4) jadilah orang yang gemar/suka terhadap Al-Quran. Dan 5)jika kamu orang yang tidak mau mengajar, mempelajari, mendengarkan, dan gemar terhadap Al-Quran maka kamu akan menjadi orang yang binasa.
Sementara itu, Rektor UNY dalam sambutannya mengatakan dengan syawalan seperti ini memudahkan kita untuk silaturahim, karena kita tidak bisa datang dari rumah ke rumah. Dengan saling memaafkan hati  kita menjadi bersih.  Kebaikan yang telah kita rasakan, yang telah kita rasakan, bermanfaat bagi diri kita, orang lain, lingkungan dan Allah tentu harus kita tingkatkan.
“Sementara yang kita rasakan, kita sudah membuat orang lain jengkel bahkan marah, atau kesalahan lain, berangsur-angsur kita kurangi, syukur-syukur  bisa hilang. Inilah dinamika yang ada, yang tentu setiap orang punya kualitas yang berbeda, tapi dengan niat yang ikhlas maka hidup kita akan bermakna,” tambah Rektor.
Dekan FMIPA, Dr. Hartono mengatakan, setelah syawalan ini semoga bisa meningkat semuanya, baik kinerja, prestasi, dll. Mohon maaf lahir mudah kita deteksi yaitu banyaknya SMS, kartu lebaran, bisa diucapkan langsung. Namun yang mohon maaf batin, hanya kita dan Allah yang tahu. Mudah-mudah permohonan maaf kita benar-benar dari lahir dan batin. Diantara lahir dan batin itulah terletak ketidak jujuran.
Pada kesempatan tersebut, FMIPA juga melaksanakan acara pamitan haji. Yang akan menunaikan ibadah haji yaitu Dr. Suyanta, Dr. Jaelani, Kuswari Hernawati, M.Kom. Selain itu juga melepas purnakarya, yaitu Drs. Sutiman, Edi Prajitno, M.Pd., dan Djuwanto, MS. (witono)